RUANGBEKASI.ID | CIKARANG
Dalban Daram resmi ditetapkan sebagai mangga khas Kabupaten Bekasi. Mangga berbadan semok karena ukurannya yang besar ini ramai dibudidayakan di Muaragembong.
Penetapan buah khas ini pun dilakukan oleh Kementerian Pertanian. Buah bernama latin mangifera indicia ini lantas diterbitkan sertifikat Varietas Lokal atas nama Mangga Dalban Daram Bekasi dengan Nomor : 1978/PVL/2023.
Dengan tanda daftar tersebut, Mangga Dalban Daram Bekasi menjadi milik masyarakat di wilayah yang bersangkutan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Sertifikat ini diterbitkan berdasarkan usulan pendaftaran varietas lokal mangga dalban daram oleh Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan, kepada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian pada Kementerian Pertanian.
Kekhasan mangga ini tidak lepas dari budi daya yang banyak dilakukan di Muaragembong.
“Saya melihat langsung ke lapangan, buahnya cukup besar dari buah mangga lainnya. Satu mangga ada yang mencapai dua kilogram. Saya menilai buah ini belum ada di daerah lain, adanya di Muaragembong akhirnya kami berinisiatif mengidentifikasi bersama Kementerian Pertanian,” kata Kabid Ekonomi dan Pembangunan Balitbangda Kabupaten Bekasi, Indra Wahyudhi di laman resmi Pemkab Bekasi.
Menurut dia, pihaknya mendapatkan informasi ada tanaman buah mangga yang ukurannya cukup besar di Muaragembong. Setelah dicek langsung, ternyata buah mangga tersebut banyak dibudidayakan masyarakat Muaragembong dan bernilai ekonomis.
Indra menjelaskan jika masyarakat di wilayah Muaragembong sudah mengenal mangga tersebut dengan sebutan Mangga Dalban. Namun sayang, saat ditemui di pasaran, dikenal dengan nama beda.
Mangga Dalban Daram Bekasi dapat terus dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Mangga tersebut juga dapat dibudidayakan di wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Bekasi.
“Penting juga agar di pasaran, orang tidak lagi menyebut nama mangga lain tetapi mangga Dalban Daram Bekasi. Sehingga orang kenal jika Kabupaten Bekasi juga memiliki buah mangga khasnya sendiri dan itu akan menjadi nilai ekonomis juga buat masyarakat sini, jika panen produksi per hari 2,5 ton,” katanya.
Pembudidaya Mangga Dalban dari Desa Pantai Bahagia, Nenah (56) menjelaskan jika mangga Dalban sudah ada sejak lama. Mangga tersebut dibudidayakan di depan halaman rumahnya yang cukup luas. Hasilnya, seperti bibit dan buah bisa dijual.
“Kalau bibit kami jual tergantung ukuran tinggi pohonnya, semeter biasanya kami jual Rp 50 ribu per pohon,” ujarnya.
Nenah juga mengatakan masyarakat yang membeli bibit pohon Mangga Dalban darinya dibudidayakan kembali sehingga mangga Dalban saat ini banyak yang menanamnya. Dia juga mengaku tak begitu mengetahui perihal penamaan Mangga Dalban.
“Ya dari dulu orang di sini menyebut nama mangganya Dalban, mungkin karena ukurannya besar,” ucapnya. (arb)***