RUANGBEKASI.ID | CIKARANG
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi kini tengah mewaspadai wabah demam berdarah dengue (DBD). Memasuki musim penghujan, kasus yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini kerap meningkat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Masrikoh mengatakan, pandemi yang saat ini terjadi membuat pola aktivitas masyarakat terpengaruh. Apalagi saat ini penambahan kasus sempat mencapai puncaknya.
Masyarakat kini segan mendatangi fasilitas kesehatan karena khawatir terinfeksi atau bahkan terkonfirmasi positif covid-19. Terlebih, gejala DBD mirip dengan covid-19.
“Memang ada kekhawatiran masyarakat datang ke dokter atau ke fasilitas kesehatan. Apalagi gejalanya mirip juga, ada demamnya sehingga ada kekhawatiran. Namun kami terus sampaikan agar tidak khawatir untuk memeriksakan diri,” ucap dia.
Masrikoh mengatakan, pada beberapa kasus kematian di Kabupaten Bekasi, ketika ditelusuri penyebab di antaranya karena terlambat ditangani. Pihak keluarga tidak menyadari bahwa pasien terjangkit DBD sehingga hanya dirawat seadanya di rumah.
Padahal ketika pasien mengalami demam tinggi, segera memeriksakan diri. “Jadi ketika kondisinya sudah menurun, baru dibawa ke rumah sakit. Trombositnya terus menurun sehingga tidak tertolong. Padahal saat demam langsung diperiksa,” ucap dia.
Secara pribadi, Masrikoh mengaku keluarganya sempat terjangkit DBD. Namun karena segera diperiksa, kondisinya membaik dan sehat kembali.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, jumlah kasus DBD secara keseluruhan tahun ini menurun. Hingga Juli 2021, terdapat 241 kasus DBD, menurun dibanding tahun dalam pada periode yang sama yakni 300 kasus.
Namun, tahun ini kasus DBD mengalami perubahan tren. Pada awal tahun, Januari-Februari, hanya terdapat 10 kasus DBD. Akan tetapi meningkat signfikan hingga puncaknya pada Mei lalu dengan 106 kasus.
Kemudian kembali menurun pada Juni (33 kasus) dan Juli (4 kasus). Menurut Masrikoh, fluktuasi jumlah kasus ini tidak lepas dari perubahan musim hujan. “Karena kan kalau musim hujan kasusnya naik, sedangkan saat ini sempat kemarau, panas jadi kasusnya turun,” ucap dia.
Meski begitu, Masrikoh memastikan pihaknya terus memberikan edukasi ke masyarakat untuk menerapkan hidup sehat dan membersihkan lingkungan sekitar. “Kuncinya jangan ada genangan dan lingkungan harus bersih agar nyamuk tidak berkembang biak,” ucap dia. (arb)